Rabu, 17 Oktober 2012

Pokok-pokok Pendidikan Anak dalam Al-Qur'an


Dasar-dasar pendidikan anak dalam Islam dapat disimpulkan dari berbagai ayat Al-Qur’an, antara lain surat Luqman: 12’19 dan surat as-Shafaat: 102, serta berbagai hadits Rasulullah saw.

  1. Mananamkan nilai ‘tauhidullah’ (mengesakan Allah) dengan benar.
  2. Mengajarkan ‘tha’at al waalidain’ (mentaati kedua orang tua), dalam batas-batas ketaatan kepada Allah, sebagai manifestasi kesyukuran seseorang kepada Sang Pencipta
  3. Mengajarkan ‘husnul mu’asyarah’ (pergaulan yang baik) serta dibangun di atas dasar keyakinan akan hari kebangkitan, sehingga pergaulan tersebut memiliki akar kebenaran dan bukan kepalsuan.
  4. Menanamkan nilai-nilai ‘taqwallah’ (ketaqwaan kepada Allah)
  5. Menumbuhkan kepribadian yang memiliki ‘shillah bi Allah’ (interaksi dengan Allah) yang kuat dengan cara mendirikan shalat
  6. Menumbuhkan dalam diri anak ‘kepedulian sosial’ yang tinggi, berupa aktivitas amar ma’ruf wa nahi munkar.
  7. Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (shabar)
  8. Menumbuhkan ‘sifat rendah hati’ serta menjauhkan ‘sifat arogan’ .
  9. Mengajarkan ‘kesopanan’ dalam sikap dan ucapan
  10. Tegakkan shalat berjamaah di rumah tangga masing-masing. Rasulullah saw. Bersabda, ‘Sinarilah rumah kamu dengan shalat’. Menghidupkan shalat berjamaah di rumah memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kejiwaan seorang anak. Dalam hadits Nabi dijelaskan, ‘Suruhlah anak-anak kamu shalat, jika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka, jika telah berumur sepuluh tahun (dan masih tidak melakukannya)’. Pukulan yang disebutkan pada hadits tersebut hendaknya ditafsirkan sesuai dengan situasi dimana kita hidup. Pertama, tentu pukulan tersebut bukanlah suatu pukulan yang sifatnya ‘siksaan’, melainkan pukulan yang bersifat ‘peringatan dan pengarahan’ semata. Kedua, pukulan ini tidak selamanya diartikan dengan pukulan ‘fisik’, melainkan dapat pula diartikan dengan pukulan ‘psikologis’ atau kejiwaan. Sebagai misal, jika anak kita senang piknik di hari libur, dan hal ini sudah menjadi kebiasaan keluarga, maka jika mereka tidak melakukan kewajiban agamanya (shalatnya), maka kebiasaan ini dapat dihentikan sementara. Menghentikan piknik bagi anak-anak yang sudah terbiasa dengannya dapat menjadi ‘pukulan’ batin bagi mereka.
  11. Tanamkan Al-Qur’an dalam diri anak sejak sedini mungkin. Al-Qur’an adalah Kalam Ilahi yang bukan saja sebagai petunjuk (hudan), melainkan juga sebagai ‘Syifaa limaa fis shuduur’ (obat terhadap berbagai penyakit hati/jiwa), dan ‘Nuur’ (cahaya/pelita hati). Rasulullah saw. Bersabda,’Barangsiapa yang tidak ada Al-Qur’an di hatinya, maka ia seperti rumah runtuh’ (al-Hadits).
  12. Membiasakan praktek-praktek sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya, makan dengan membaca ‘Bismillah’ dan berdoa, mengakhirinya dengan ‘Alhamdulillah’ dan berdoa pula, masuk/keluar rumah dengan salam, dan lain-lain. Menghafalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.
  13.  Hendaknya orangtua menggunakan metode ‘dialogis’ dalam mengajarkan anak. As-Shafaat: 102, mengajarkan ‘metodologi’ pendidikan anak. Ayat ini mengisahkan dua hamba Allah (selaku Bapak dan Anak), Ibrahim dan putranya Ismail a.s. terlibat dalam suatu diskusi yang mengagumkan. Bukan substansi dari diskusi mereka yang menjadi perhatian kita. Melainkan cara pendekatan yang dilakukan oleh Ibrahim dalam meyakinkan anaknya terhadap suatu permasalahan yang sangat agung itu. 
  14. Hendaknya para orang tua menjadi ‘tauladan’ (uswah) dalam kehidupan anak-anak mereka. Hidupkan agama Allah dalam diri kita, keluarga kita, insya Allah, dengan izin-Nya anak-anak akan tumbuh dengan kesadaran keagamaan yang tinggi.
  15. Memperbanyak doa. Bagaimanapun juga usaha manusia sifatnya terbatas. Namun dengan pertolongan Allah, sesuatu dapat berubah di luar perkiraan. Oleh sebab itu, doa dalam hidup kita sangat penting untuk menunjang usaha-usaha yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar